Minggu, 16 Oktober 2011

BELAJAR VERSI SEKARANG

Ketika saya duduk sendirian dan mencoba merenungi keadaan yang saat ini saya hadapi, tiba-tiba muncul dibenak saya untuk sedikit berpikir panjang mengenai remaja jaman dulu dengan sekarang. Entah apa dan siapa yang benar dan yang salah dalam keadaan ini. Tentunya anda sekalian bisa melihat secara langsung mengenai lebarnya jarak perbedaan dari masa ke masa.

Seiring bergulirnya waktu semakin banyak saya jumpai realitas tindak kriminal yang banyak melibatkan manusia-manusia dibawah umur atau yang sering disebut remaja bahkan anak-anak yang tentunya mereka masih duduk dibangku sekolah. Mulai dari kasus miras, narkoba, gank motor, pemerkosaan, bahkan pembunuhan yang tak lain adalah membunuh orang tuanya sendiri. Banyaknya kenyataan tersebut membuat saya tak habis pikir, sebenarnya segala macam tetek bengek Moralitas mereka itu dari mana?? Rela sekali mereka bertekuk lutut pada arus kehidupan dunia ini?

Mungkin saya tidak bisa menghakimi dari satu sisi saja mengenai masalah ini, karena saya yakin masalah ini sudah mengakar dan begitu kompleks. Tapi jika ditabrakkan dengan kedudukan mereka yang masihlah pelajar yang pada hakekatnya adalah dekat sekali dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pembelajaran tentang moral, agama serta kenegaraan sangatlah kontras sekali dengan realitasnya.


Salahkah saya jika saya mengatakan bahwa sistem pendidikan yang ada saat ini jauhlah dari kesempurnaan. Tapi sebentar, sekali lagi saya harus lebih cerdik dalam menjawab masalah yang satu ini. apakah ada faktor lain? tentunya ada. Perkembangan tekhnologi adalah salah satunya. Tak perlu saya merinci begitu dalam mengenai macam tekhnologi dan perkembangannya karena saya tak cukup data disana. Singkatnya saja, perkembangan tekhnologi yang begitu pesat, mudah didapat dan dijangkau berbagai kalangan membuat banyak dari oknum tidak bertanggung jawab dengan mudah menanamkan berbagai nilai kehidupan yang tidak seharusnya ditanamkan. (haduh, bahasa saya beribet). Yang namanya video porno lah, game online lah, sinetron yang membawa nilai-nilai liberal, matrealistis, bahkan komunis. :o

faktor lain yang ada dibenak saya adalah, lingkungan. yaaa,, sudah jatuh tertimpa tangga. begitulah nasib anak muda jaman sekarang termasuk saya,, hehehe... Anak muda mana yang tak memiliki sifat labil dan memiliki keingintahuan yang tinggi,, yah mungkin juga tidak semuanya, tapi mayoritas sih begitu. Banyak dari mereka yang tak bisa menahan diri dari arus perubahan jaman yang membawa mereka pada banyak kegagalan, meski ada yang sukses juga karena dapat mengondisikan diri dengan baik.

Orangtua adalah bagian selanjutnya yang saya belah belah di sini. Bagaimana cara mereka mendidik, cara mereka memperlihatkan segala yang akan anaknya jumpai di kehidupan ini adalah faktor yang memiliki peringkat sangatlah besar karena disadari bahwa orang tua adalah salah satu elemen yang sangat dekat dengan anak-anaknya. Mereka memiliki peranan yang cukup besar dalam setiap apa yang terjadi dalam diri anaknya.

Lantas dari berbagai faktor yang saya kupas diatas, apakah sudah cukup menjawab mengenai apa yang terjadi saat ini pada diri remaja kita? tidak lah.
Saya masih begitu terpukul memandang predikat "pelajar" yang digandeng dengan "pemerkosa, pembunuh, PELACUR"
sempat saya katakan, jika mereka berkata pelajar, seharusnya mereka bukan pelacur atau pe pe yang lain, apakah disekolah mereka tak diajari tentang hakekat pelajar. atau cara belajar mengajar mereka yang salah..?
Yang saya tau selama ini adalah, nilai akademik berbanding lurus dengan predikat yang diberikan guru terhadap muridnya. Semakin tinggi nilai anak itu, maka dikatakan semakin cerdas pula ia. Hal ini menurut saya sangat mampu merubah cara belajar bahkan pandangan siswa. Marak dijumpai siswa yang rela membayar mahal untuk sekedar mendapat nilai maksimal. apakah itu hakekat pelajar sebenarnya?
Hingga dibudayakan kepada mereka untuk saling berkompetisi terhadap nilai mereka masing-masing. Mengapa tidak pada berkompetisi atas skill keseharian yang mereka miliki? Saya sendiri tidak tau.
Saling beradu nilai membuat semakin lunturnya orientasi seorang pelajar untuk belajar.
Sehingga mempengaruhi ketebalan telinga mereka dalam penerimaan nilai-nilai di sekolah. entah berapa persen saja dari mereka yang masih memiliki orientasi lurus lurus saja terhadap kata pelajar.

Namun tak adil jika saya hanya menilai dari sisi siswanya saja, mereka hanya bagian dari yang terbelenggu dari suatu sistem yang telah berputar selama ini hingga telah membudaya. Jika saja kerja keras dan usaha mereka dalam mencapai sebuah kepahaman dalam suatu teori dan praktek lebih diapresiasi, dan nilai hanya bagian kecil dari kata kesuksesan mereka, mungkin yang terjadi tidaklah seperti ini.
Semua ini hanya berkutat pada tempat yang tak pernah berpindah.

Maka, janganlah kita takut akan apa yang kita hadapi, ilmu apa yang akan kita pelajari, dan seberapa besar nilai yang akan kita dapat, asal kita percaya pada diri sendiri dan yakin bahwa tak ada hal yang sia-sia. Semakin banyak kerja nyata yang kita lakukan, semakin bermanfaat apa yang kita lakukan, maka harusnya semakin besar pula nilai yang kita dapat.

4 komentar:

  1. Yang salah adalah kita selalu mengulangi apa yang sudah ada dan tak mempelajari sebagai pijakan kita untuk menjadi lebih baik. Negara ini memanglah seperti ini dan janganlah selalu seperti ini,. Bangkit untuk dapat mengejar ketertinggalan kita dari segi ilmu.

    BalasHapus
  2. pak Einstein said : hanya orang sakit jiwa yang berharap hasil berbeda dari kerja yang sama..

    dari kalimat itu, kita dapat berpikir dan berpendapat sendiri bagaimana keadaan kita sekarang? Waras ataukah sakit?

    BalasHapus