Sabtu, 17 Desember 2011

Lima Ribu

Ehm,, Bingung mau ngawalin nulisnya bagaimana. Bukan niat alay, bukan niat galau, bukan niat mencari uang,, glodak.. hehe.. Hanya sekadar meluapkan emosi sesaat yang muncul ketika malam hari saya melewati sebuah jalan yang terkenal dengan prostitusinya. sedikit cerita, saya toleh kanan kiri sepanjang jalan saya sambil perlahan menjalankan motor butut saya. Karena saya terlalu keasyikan tolah toleh,, wah hampir saja saya menabrak mbak tante pakai rok mini dan baju minim yang mau nyebrang. Huft untung saja..

Dari kejadian itu, tiba-tiba saya jadi berabstraksi yang agak sedikit liar sih, tapi ini sudah bukan jadi rahasia umum kan. Umur saya juga sudah 17 tahun ke atas. Jadi,, y okelaah. Tapi ekspresinya jangan terlalu liar ya.. Bisa jadi gila nanti..
Oke langsung saja saya berekspresi

Kamis, 15 Desember 2011

Danau Lumpur

Danau itu seperti lumpur dari kejauhan
Hanya warna gelap yang memancar diatas air mati
Tak kulihat lagi warna yang dulu pernah kusaksikan
Hanya ular, kerbau, kambing yang berlarian di tepinya
Diantara kegelapan hutan, malam dan mata yang rabun
Aku melihatmu dari jalan tol yang melayang diatasmu
Seperti sebuah mimpi yang akan hilang sebentar lagi
Oleh gelap total tanpa lampu-lampu dan kunang-kunang
Apakah itu sunyi yang meninggalkan luka tanyamu
Sambil kau memeluk lumpur dihatiku
Di tengah danau hanya badai api yang berpusar
Entah darimana datangnya
Dari bumi atau dari angkasa
Bersama ledakan-ledakan waktu
Tak perlu kau tafsirkan lagi
Kita hanya bisa mengingat masa lalu
Tanpa berani membenahi
Karena kenangan adalah nyeri, duri dan karma
Yang akan terbalas nanti setelah janji ditepati
Ketika kau duduk di tepi jurang
Angin senja yang jahat menjambakmu
Kau tercebur dalam danau
Tubuhmu basah dan kotor
Dengan apa harus kau sucikan lagi
Lumpur lalu memelukmu
Dan kau menciumnya


S.Yoga

Jumat, 09 Desember 2011

Drama Air Tanah

Air,
Kau hujam tubuh ringkih ini dengan tetes kesegaranmu
Kau masuki celahku dan kau diam di sana
Menyejukkanku dari matahari yang lama buatku hampir mati
Air,
Kau datang bagai nyanyian surgawi
Dengan melodi rintikmu
Seraya mengajakku menari-nari
Menyambut hari baru penuh kesegaran
Dan berpaling dari kesengsaraan
Air,
Tapi tak lama lagi kau akan pergi
Meninggalkan lantunan melodi
Dan tarian-tarian sunyi
Air,
Kau terhasut mentari
Kau memercayainya hingga kau tinggal tubuh ini
Air,
Selamanya aku hanya tempat singgahmu
Menuntunmu menuju dermagamu dan
Aku hanya mampu mendekap insan dalam
Keabadian tanpamu.


Tanah pada Air
Sajak kecil di 23:44 WIB

Rabu, 16 November 2011

Kau

Sebuah puisi yang saya tulis tepat pada tanggal 10 November 2011, yang baru ini berkesempatan untuk mempublikasi.

Kau,,
Sosok  asing yang tak pernah kulihat ayunan tanganmu
dan tak pernah ku jabat tanganmu
Kau,,
Tak pernah kulihat tetes air matamu serta peluhmu saat kau angkat senjatamu
Tak pernah kulihat betapa geram wajahmu saat berdiri didepan musuhmu
Kau,,
Ku hanya bisa melihat sketsa wajahmu di dinding dinding kelasku
Kulihat engkau berdiri tegap dengan mata garangmu
Kau,,
Tak banyak orang menyadari betapa berat langkahmu
Ketika genderang perang mulai berkumandang
Kau masih teriakkan kata merdeka
Ketika darah mengucur deras dari sekujur tubuhmu
Hingga kian lama tubuhmu kian melemah
Dan tak lagi terdengar desah nafas terengah dari  jasadmu
Kau,,
Kau tidur dalam keabadian tanpa batas
Sebagai pahlawan yang tak di kenal
Karena gugur saat berjuang tanpa pamrih
Membela bangsa dan negara
Menjadi satu dalam pusara TANPA NAMA.

Rabu, 09 November 2011

Sajak Perkenalan

Mengenalmu disaat ku kehilangan itu indah
Menyapa namamu disaat kita bertemu itu juga indah
Berjabat tangan denganmu dan mendengar suaramu itu tak kalah indah

Bersamamu kulupakan segala pahit yang kumiliki
Mencoba hapus air mataku dengan segenap senyum yang kau beri
Kau, ku ucap terima kasih atas bahagia ini
Kau bukan istimewa
Namun kau bukan sederhana
Tak ingin ada benci, tak ingin ada cinta
Aku ingin berjalan denganmu seperti biasa
Agar takkan pernah ada lagi cerita duka diantara kita

Sabtu, 05 November 2011

Melodi Pagi

Maha suci engkau yang menyemburkan bilur bilur embun di dedaunan
Maha suci engkau yang memekarkan kuntum kuntum bunga
merekah, merona, dan keelokannya membuat dunia ini berwarna
Maha adil engkau yang menerbitkan matahari dan rembulan secara bergantian
Maha kasih engkau yang memberi naungan bagi setiap makhluk ditanah ini
Maha besar engkau yang mengalirkan tetes tetes hujan ini hingga ke samudra
Maha kuasa engkau yang menggenggam semua yang aku ketahui ini hanya dengan 1 jari

Kulantunkan salam indah ini untukmu yang setia menemani tiap waktuku
Menyeimbangkan sendi sendi tulangku
Syukurku mengalun lirih seiring hembus nafasku dan diantara celah namamu

Kau satu, megah, indah, kuat, dan segalanya
Aku milikmu, dan untukmu aku disini
Ingin selalu berdampingan denganmu, bagai daun dan tangkainya

Simpang Tiga

Simpang tiga bercerita
Disinilah kupertemukan kedua insan yang tlah lama berpisah

Simpang tiga bercerita
Disinilah kuluapkan rindu yang tak mampu lagi terbendung asa

Simpang tiga bercerita
Disinilah aku kembali menatap wajah yang dulu selalu kuperhatikan kesayuannya

Simpang tiga menyimpan gundah
Menguak kembali kisah yang telah terkubur sekian lama

Simpang tiga menyimpan resah
Hancurkan sejuta harap yang telah kupendam dalam

Simpang tiga menyimpan derita
Pedihnya perpisahan yang menyayat makin dalam telah terulang

Simpang tiga tempat kami berpisah
Saling berterima kasih dan meyakinkan satu sama lain
Meski keyakinan itu tererosi oleh garangnya badai amarah diantara kita

Simpang tiga, disanalah air mataku luluh di telapak tanganmu.

Jumat, 04 November 2011

Sulitnya Mengorek Inspirasi

Rintik hujan memukulku bertubi saat ku berjalan sendiri tanpa tujuan yang pasti. Gemerlap bintang tak pernah lelah mengilaukan sinarnya yang senantiasa memantulkan percikan putih di korneaku. Tersadar sejenak udara malam ini begitu menusuk dihati saat kulihat bajuku yang basah karena tangis langit yang jatuh begitu bebasnya di hamparan tanah tempatku berdiri. Tak tau apa yang sedang kulakukan malam ini. Bibirku hanya mampu mengatup atas bawah menahan hawa dingin yang makin lama makin meraja.Kusibakkan sejenak lengan bajuku, kulihat arloji digitalku yang menunjukkan pukul 23.00 WIB. Ini sudah terlampau malam untuk seorang wanita yang menyusuri jalan hanya untuk meluapkan emosi,, kataku dalam hati.

Kuayunkan kakiku langkah demi langkah kembali menyusuri jalan yang tlah kulewati. Sepanjang jalan, kulihat kanan kiri yang begitu sepi tanpa seorang pun yang menampakkan wajahnya dimataku. Yang kudengar hanyalah melodi monotone kawanan jangkrik yang bersautan dengan si katak malam. Ku usir sepi ini dengan menyanyikan sebuah lagu melow dari sebuah band indonesia yang sangat aku kagumi syairnya.
Tuhan,, hingga detik ini tak satupun kata yang kudapati singgah di syaraf otakku.

Dan akhirnya langkah ini berakhir pada sebuah tangkai pintu rumahku yang begitu dingin akibat hawa sekitarnya. Mataku sudah lelah. Syaraf mataku mengirimkan sinyal sinyal ke otakku untuk mengeluarkan suatu cairan akibat rasa kantuk yang tak tertahan. Sedangkan, masih saja belum ada satu kata yang kudapat.

Selasa, 18 Oktober 2011

CINTAKU PADAMU

Aku tak pernah imgin mencintaimu dengan sederhana
Sebagaimana api yang tak sempat berkata-kata pada kayu
Yang menjadikannya abu

Aku hanya ingin mencintaimu dengan istimewa
Sebagaimana detail eiffel yang saling bertumpu
Menyatukan harap mereka
Dan tak pernah bisa kehilangan setitik saja dari mereka

Karena kau adalah hal terindah dalam jiwaku
Mengalunkan melodi indah mengukir setiap inci relungku
Menguatkan susunan rangkaku
Dan mengalirkan setiap butir darahku
Yang mampu membawaku menuju singgasana cinta kita

Minggu, 16 Oktober 2011

LUKA

Tuhan,
hati ini terluka..
Terluka atas dendam yang tak pernah nyata
Akan segala janji yang hanya dusta

Tuhan,
Jiwa ini telah hampa
Tak lagi ada rasa serta asa
Yang ada hanyalah luka berbalur dosa yang pernah ada
Berpeluk erat dalam derita tak pasti
Dan hanya mungkin terjadi

BELAJAR VERSI SEKARANG

Ketika saya duduk sendirian dan mencoba merenungi keadaan yang saat ini saya hadapi, tiba-tiba muncul dibenak saya untuk sedikit berpikir panjang mengenai remaja jaman dulu dengan sekarang. Entah apa dan siapa yang benar dan yang salah dalam keadaan ini. Tentunya anda sekalian bisa melihat secara langsung mengenai lebarnya jarak perbedaan dari masa ke masa.

Seiring bergulirnya waktu semakin banyak saya jumpai realitas tindak kriminal yang banyak melibatkan manusia-manusia dibawah umur atau yang sering disebut remaja bahkan anak-anak yang tentunya mereka masih duduk dibangku sekolah. Mulai dari kasus miras, narkoba, gank motor, pemerkosaan, bahkan pembunuhan yang tak lain adalah membunuh orang tuanya sendiri. Banyaknya kenyataan tersebut membuat saya tak habis pikir, sebenarnya segala macam tetek bengek Moralitas mereka itu dari mana?? Rela sekali mereka bertekuk lutut pada arus kehidupan dunia ini?

Mungkin saya tidak bisa menghakimi dari satu sisi saja mengenai masalah ini, karena saya yakin masalah ini sudah mengakar dan begitu kompleks. Tapi jika ditabrakkan dengan kedudukan mereka yang masihlah pelajar yang pada hakekatnya adalah dekat sekali dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pembelajaran tentang moral, agama serta kenegaraan sangatlah kontras sekali dengan realitasnya.

Rabu, 05 Oktober 2011

Warung Pojok

Kuhabiskan malam sebelum kembali bekerja disebuah warung soto kecil tepat di samping gerbang sekolah. kulihat saat itu tepat pukul 7 malam. sengaja aku mampir untuk makan sebentar memenuhi panggilan perutku yang sudah sejak sore keroncongan. aku berdua bersama teman baikku Wiwik widyawati. Malam itu adalah malam terakhir persiapan event sekolah yang kebetulan kami adalah panitianya. maklum laah,, kami berdua adalah bagian dari keanggotaan OSIS di sekolah. rencananya adalah memasang tenda dan panggung serta mengatur segala teknis acara pada event besok.

Setelah sampai di depan warung, Si Wiwik bilang kalau dia mau masuk ke sekolah dulu untuk menemui anak-anak osis lainnnya. "Aku ke dalem dulu aja yah,, pesenin dulu aja,," katanya. tak perlu menunggu lama, aku langsung pesen ke mang sotonya buat segera ngorder 2 mangkok soto, yang 1 standart dan yang 1 gak pakai kulit ayam. Biasa, memang aku dari kecil sangat tidak suka dengan kulit ayam kalau makan soto.

Pesenan soto udah di depan mata, tapi Si Wiwik belum juga dateng. Panik nih aku,, gimana dunk! ditinggal sendirian sih akunya. sambil kupencet pencet hape buat kirim sms ke Wiwik, sambil aku pesen teh anget dah ke mangnya buat ngangetin suasana.
Sotoku tinggal setengah mangkok, si Wiwik baru dateng. mulailah kita makan bersama sambil membicarakan mengenai persiapan event kita besoknya. makan sambil ketawa, facebookan, smsan, dan mikir adalah hal yang biasa kulakuin bersamanya.

Selasa, 04 Oktober 2011

Sahabat Terindah

Parampa, adalah sebutan bagi kelas IPA 4 yang berkepanjangan (pasukan arek ipa 4). Awal kali kulalui hari demi hari bersamanya adalah ketika aku menginjak kelas XI di SMAN 11 Surabaya bersama 37 siswa lainnya. pada awalnya tak ada yang membuatku merasa lain dari sebelumnya, namun ketika dipenghujung kelas XI, ketika aku mendapatkan sebuah pukulan keras dari suatu kejadian yang membuatku tersadar akan sikapku selama ini, aku mulai merasakan super power di dalam tubuh parampa. segala keluh kesah yang aku rasakan, hampir sebagian besar dari mereka tau.

Tak terasa, waktu memaksaku untuk pergi meninggalkan kelas XI yang kulalui penuh cerita. dikelas XII ini semakin dalam aku mengenal PARAMPA yang selalu mencoba membawaku pergi dari masa lalu dan singgahi masa ini dengan semangat baruku. Aku pun tak ingin menyerah dengan keadaan, kucoba bangkit dari keterpurukan yang merubah drastis kepribadianku. dan kukatakan pada waktu : "aku yakin aku bisa, ku akan berdiri tegak didepan semuanya dengan kepalan tanganku yang terisi oleh semua hasil keringat dan darahku"

Rabu, 14 September 2011

Malamku

Kupikir sirius tak lagi temani malam-malamku
kukira butiran pasir tak lagi berdesir
setelah kau ucap tak sanggup padaku...
Namun aku tak mengira sebelumnya
jika deru debu masih setia memeluk erat tubuh ringkihku
Di tengah gersangnya setapak yang tak tau dimana ujungnya