Rabu, 02 Mei 2012

Tragedi Malam Ini

Mataku mulai tertuju lesu ditengah langit malam di akhir April tahun ini. Aku tak berniat mencari apapun dipekatnya awan hitam di atas sana. Aku hanya ingin melihat kesetiaan bulan yang selalu temani bintang-bintang seakan mengorbit angkasa beriringan. Dari detik ke detik kujilati pekatnya malam kali ini seakan menaikkan suhu tubuhku sesudah hujan sore tadi. Aku heran, mengapa bulan tak pernah bosan berada disamping bintang? mengapa bintang rela berbagi hati dengan bintang yang selainnya? mungkin sering kudapati kisah seperti ini dan banyak orang bilang ini adalah "Poligami". Yah, benarkah bulan telah berpoligami dengan bintang-bintang? Jika iya adalah jawabnya, yang jelas aku tak pernah tau bintang mana yang mampu menarik hati bulan pertama kalinya. Aku hanya mampu melihat keharmonisan di antara mereka.Dan jika tidak, mungkin anda bisa mencari tau sendiri apa sebabnya.

Ah, aku ini berbicara apa. Aku seakan tak pernah menyadari bahwa khayalanku begitu menerawang jauh hingga mengabstraksikan kehidupan benda mati (asteroid dkk) seakan memiliki kehidupan sama sepertiku. Namun, yang jelas aku hanya terdiam dengan kemelut yang meletup-letup di penjuru otakku. Ekspresiku kali ini nyaris seperti detektif muda yang sedang menginvestigasi kasus-kasus besarnya. Kubuka mataku lebar-lebar, kuperdengarkan telingaku pada segala kesunyian di malam ini.

Wiiing wiiing wiiing,, PLAK!! Seekor nyamuk tewas tragis di telapak tanganku setelah hinggap di hidung mungilku ini. Pukulan ini seakan mengajakku kembali berpikir tentang aku, bintang, dan bulan malam ini. Berbicara tentang bulan dan keahliannya berlaku adil terhadap bintang-bintang. Tuhan menciptakan segala di dunia ini penuh dengan keharmonisan. Kurasa, dialah arsitek terbaik sepanjang kehidupan berjalan. Ia menggenggam semua yang aku ketahui hanya dengan satu jari.



Bagaimana ya jika bulan tidak berpoligami? Jika malam-malam yang menyelimuti tanah tempat manusia berdiri ini hanya diwarnai satu buah bulan, dan sebiji bintang, akankah manusia tetap mengagumi kebesaran Tuhan?
Aku rasa, meskipun satu pasang bulan bintang itu diciptakan segede-gedenya sehingga seluruh penjuru dapat mengetahui keberadaannya, akan terasa hambar malam yang sunyi ini, tidak akan ada rasi bintang, atau mungkin ramalan-ramalan bintang yang selama ini dipercayai sebagian orang di dunia.

Mungkin dinginnya malam membuatku bosan untuk duduk dibawah sang mega dan kuputuskan untuk memasuki rumah menuju dapur hanya untuk sekedar menyeduh vanilla latte kesukaanku. Mungkin ini bisa membuatku sedikit bersahabat dengan suhu malam ini dan menemani berfikirku malam ini. Dengan mug besar di tangan kananku, aku berjalan menuju ke ruang tamu dan duduk di depan akuarium untuk meneruskan abstraksiku. Kisah poligami bulan dan bintang mungkin takkan sama dengan kisahku. Kisahku, takkan seikhlas kisah bulan dan bintang. Pelan-pelan kutiupi mug hangat yang ada ditangan kananku ini, dan sempat membayangkan, apa ya yang dikatan bintang1 ke bintang2 mengenai bulan malam ini?

Seolah aku kehabisan kata-kata yang kutuang dijemari tanganku dan kuteruskan menggenjot kotakkan keyboard untuk menggambarkan suasana hati malam ini. Aku bukan bintang, aku tak ingin menjadi bintang, karena aku tak serela bintang. Aku hanya mau menjadi bulan, Aku ingin adil sepertinya, menerangi, setia, dan berjalan sesuai norma. sekiranya aku tak ingin menjadi penyamun yang memasuki diam diam area suci di sebuah kehidupan.

Sedetik yang lalu itu adalah kenangan, semenit yang lalu juga kenangan, hingga setahun yang lalu pun kenangan, mundur ke belakang itu namanya mengejar kenangan. Apa yang perlu dikejar? Kukira prestasiku tak layak untuk mendiami pusaran kegalauan dari detik ke detik seperti ini. Lalu apa? Kesalahan? dosa? cacian? dendam? kebencian? penghianatan? layakkah diingat? sekali lagi kutanyakan ini pada diriku sendiri. Sekali-kali kuremas remas lingkaran genggaman mug mengekspresikan kemurkaan yang kualami. Cukuplah evaluasi masa lalu, cukuplah cerminan masa lalu, dan jangan sekali-kali menoleh kebelakang. Tinggalkanlah, tinggalkanlah segala benci dan dendam, segala sakit hati, kekecewaan dan penghianatan. Berpikir realistis akan membuat masa depan lebih indah dari sedetik yang lalu. Dan Tuhan, takkan pernah ada yang tau kapan akan ia tunjukkan keajaibannya. Yang jelas, dia memiliki 99 nama yang senantiasa meyakinkan kita dalam bahtera kehidupan.
Aku tidak ingin turut menjadi penyamun, seperti mu.
Aku hanya ingin menjadi bulan, bukan bintang.

1 komentar:

  1. Jadilah dirimu sendiri, apapun itu. Be yourself. I only hope the best. So, pray together to reach the sky like you say. But I think be yourself is the best. Allah give us life and chance walk away trough this life and feel the devil and the angel. :) keep your spirit my friend.

    BalasHapus