Lihatlah kesana kawan
Wajah pucat yang kian lama menjadi nanar
Lihatlah!
Pandangannya yang mengacuh jauh ke depan
Kabut tebal yang tak sedikitpun bercelah
Lihatlah kawan!
Dalam duduknya ia termangu panjang
Menanti bilur kabut menghilang
Sekali waktu ia berkhayal tentang indahnya taman berkabut
Yang tak sekali pula ia lihat dimatanya
Lihatlah kawan!
Ia duduk hingga tua
Menanti khayalan tanpa rangkaian penggapaian
Membatu bersama usangnya bayangan yang makin berkabut
Tidakkah ia tau nan sadar
Di sisi kiri dan kanannya
Telah hadir kurcaci kurcaci kecil
Yang saling menaiki satu sama lain
Mencoba mencari celah kabut panjang
Hendakkah ia menoleh kawan?
Apakah ia malu dengan keriput yang kian lama menampakkan tuanya
Tubuhnya yang gagah tegap termakan hembus waktu
Dan ia hanya terduduk lesu
Kurcaci itu lebih pintar?
Apakah benar yang gagah terkalahkan olehnya?
Hingga kini,
Ia setia menua bersama khayalan senjanya.