Selasa, 18 Oktober 2011

CINTAKU PADAMU

Aku tak pernah imgin mencintaimu dengan sederhana
Sebagaimana api yang tak sempat berkata-kata pada kayu
Yang menjadikannya abu

Aku hanya ingin mencintaimu dengan istimewa
Sebagaimana detail eiffel yang saling bertumpu
Menyatukan harap mereka
Dan tak pernah bisa kehilangan setitik saja dari mereka

Karena kau adalah hal terindah dalam jiwaku
Mengalunkan melodi indah mengukir setiap inci relungku
Menguatkan susunan rangkaku
Dan mengalirkan setiap butir darahku
Yang mampu membawaku menuju singgasana cinta kita

Minggu, 16 Oktober 2011

LUKA

Tuhan,
hati ini terluka..
Terluka atas dendam yang tak pernah nyata
Akan segala janji yang hanya dusta

Tuhan,
Jiwa ini telah hampa
Tak lagi ada rasa serta asa
Yang ada hanyalah luka berbalur dosa yang pernah ada
Berpeluk erat dalam derita tak pasti
Dan hanya mungkin terjadi

BELAJAR VERSI SEKARANG

Ketika saya duduk sendirian dan mencoba merenungi keadaan yang saat ini saya hadapi, tiba-tiba muncul dibenak saya untuk sedikit berpikir panjang mengenai remaja jaman dulu dengan sekarang. Entah apa dan siapa yang benar dan yang salah dalam keadaan ini. Tentunya anda sekalian bisa melihat secara langsung mengenai lebarnya jarak perbedaan dari masa ke masa.

Seiring bergulirnya waktu semakin banyak saya jumpai realitas tindak kriminal yang banyak melibatkan manusia-manusia dibawah umur atau yang sering disebut remaja bahkan anak-anak yang tentunya mereka masih duduk dibangku sekolah. Mulai dari kasus miras, narkoba, gank motor, pemerkosaan, bahkan pembunuhan yang tak lain adalah membunuh orang tuanya sendiri. Banyaknya kenyataan tersebut membuat saya tak habis pikir, sebenarnya segala macam tetek bengek Moralitas mereka itu dari mana?? Rela sekali mereka bertekuk lutut pada arus kehidupan dunia ini?

Mungkin saya tidak bisa menghakimi dari satu sisi saja mengenai masalah ini, karena saya yakin masalah ini sudah mengakar dan begitu kompleks. Tapi jika ditabrakkan dengan kedudukan mereka yang masihlah pelajar yang pada hakekatnya adalah dekat sekali dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pembelajaran tentang moral, agama serta kenegaraan sangatlah kontras sekali dengan realitasnya.

Rabu, 05 Oktober 2011

Warung Pojok

Kuhabiskan malam sebelum kembali bekerja disebuah warung soto kecil tepat di samping gerbang sekolah. kulihat saat itu tepat pukul 7 malam. sengaja aku mampir untuk makan sebentar memenuhi panggilan perutku yang sudah sejak sore keroncongan. aku berdua bersama teman baikku Wiwik widyawati. Malam itu adalah malam terakhir persiapan event sekolah yang kebetulan kami adalah panitianya. maklum laah,, kami berdua adalah bagian dari keanggotaan OSIS di sekolah. rencananya adalah memasang tenda dan panggung serta mengatur segala teknis acara pada event besok.

Setelah sampai di depan warung, Si Wiwik bilang kalau dia mau masuk ke sekolah dulu untuk menemui anak-anak osis lainnnya. "Aku ke dalem dulu aja yah,, pesenin dulu aja,," katanya. tak perlu menunggu lama, aku langsung pesen ke mang sotonya buat segera ngorder 2 mangkok soto, yang 1 standart dan yang 1 gak pakai kulit ayam. Biasa, memang aku dari kecil sangat tidak suka dengan kulit ayam kalau makan soto.

Pesenan soto udah di depan mata, tapi Si Wiwik belum juga dateng. Panik nih aku,, gimana dunk! ditinggal sendirian sih akunya. sambil kupencet pencet hape buat kirim sms ke Wiwik, sambil aku pesen teh anget dah ke mangnya buat ngangetin suasana.
Sotoku tinggal setengah mangkok, si Wiwik baru dateng. mulailah kita makan bersama sambil membicarakan mengenai persiapan event kita besoknya. makan sambil ketawa, facebookan, smsan, dan mikir adalah hal yang biasa kulakuin bersamanya.

Selasa, 04 Oktober 2011

Sahabat Terindah

Parampa, adalah sebutan bagi kelas IPA 4 yang berkepanjangan (pasukan arek ipa 4). Awal kali kulalui hari demi hari bersamanya adalah ketika aku menginjak kelas XI di SMAN 11 Surabaya bersama 37 siswa lainnya. pada awalnya tak ada yang membuatku merasa lain dari sebelumnya, namun ketika dipenghujung kelas XI, ketika aku mendapatkan sebuah pukulan keras dari suatu kejadian yang membuatku tersadar akan sikapku selama ini, aku mulai merasakan super power di dalam tubuh parampa. segala keluh kesah yang aku rasakan, hampir sebagian besar dari mereka tau.

Tak terasa, waktu memaksaku untuk pergi meninggalkan kelas XI yang kulalui penuh cerita. dikelas XII ini semakin dalam aku mengenal PARAMPA yang selalu mencoba membawaku pergi dari masa lalu dan singgahi masa ini dengan semangat baruku. Aku pun tak ingin menyerah dengan keadaan, kucoba bangkit dari keterpurukan yang merubah drastis kepribadianku. dan kukatakan pada waktu : "aku yakin aku bisa, ku akan berdiri tegak didepan semuanya dengan kepalan tanganku yang terisi oleh semua hasil keringat dan darahku"